Bagaimana Sikap Muslim Menghadapi Wabah

CAIRO, SoluSI.info – Sudah terhitung satu tahun semenjak kemunculan wabah Covid-19, dunia masih tetap kewalahan tentang bagaimana menghadapi wabah yang tak terbendung ini. Walaupun sudah dilakukan dengan usaha yang maksimal seperti penatapan kebijakan ‘lockdown’, pemaikan masker, penutupan tempat peribadahan, hingga peniadan sholat jum’at di masjid ( berlaku di negara Mesir).

Bagi sebagian orang mungkin sangat terlihat aneh sekali dengan adanya virus yang bisa mematikan ribuan jiwa, namun ternyata sudah banyak wabah mematikan yang tercatat pada zaman dahulu. Seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Batutah yaitu seorang alim berasal dari Maroko yang telah berkelana ke berbagai pelosok dunia pada abad pertengahan.

Pada 13 Juni 1325 dalam perjalananya ia mendapati kabar bahwa kota Alexandria, Kairo, dan lainnya telah dilanda wabah mematikan. Sampai kematian di kota Alexandria mencapai 1.080 orang dalam satu hari, ia berkata : “ Aku telah berpergian ke El-Mahalla, lalu ke Nihariyah , Abyar, Damanhur, dan Alexandria. Aku melihat penyebaran wabah mulai menurun, namun ketika sampai di Kairo ternyata jumlah kematian dari wabah ini mencapai 21.000 orang dalam waktu sehari, termasuk didalamanhya dari kalangan Ulama.”

Islam dengan segala syariatnya telah mengatur semua urusan untuk umat manusia, demi menjaga kemaslahatan dan melaksanakan maqosidh al-syariah. Relevansi yang tertera dalam syariat akan selalu menjaga eksitensinya , maka dalam masalah ini Islam mengarjakan bagaimana seseorang dapat hidup berdampingan dengan wabah.

Tidak ada pandangan yang bertentangan antara Islam dan dunia medis dalam menghadapi situasi ini. Kebijakan yang sejalan menunjukan luasnya syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Hal tersebut dapat dinyatakan dengan perjalanan salah satu sabahat nabi yaitu Umar bin Khattab, ketika dalam rihlahnya ia mendapati kabar bahwa negara Syam telah dilanda wabah yang mematikan.

Lalu ia bermusyawarah dengan para sahabat beserta rombongan, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Kemudian Abu Ubadiah berkata : “Apakah kamu akan pergi dari takdir Allah?”, dan Umar menjawab: “Benar, aku akan pergi dari takdir Allah dan menuju takdir yang lainnya”. Sebagai manusia yang bebas untuk berikhtiar, maka memilih adalah salah satu usaha untuk menjawab takdir yang terbaik. Oleh karena itu Umar bin Khattab menjadikan ikhtiarnya untuk kemaslahatan dan keselamatan umat Islam dengan tidak meneruskan perjalanan agar tidak memasuki wilayah yang terkena wabah. Inilah anjuran ‘lockdown’ yang tersirat dalam kebijakan Umar bin Khattab.

Menghadapi wabah ini tentunya sabar adalah kunci utama untuk menerima semua ketetapan Allah. Karena bisa jadi kesabaran yang dimiliki dapat menghapuskan dosa-dosa yang lalu. Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya besaran pahala bersamaan dengan besarnya ujian (musibah),  dan sesungguhnya Allah apabila mengasihi suatu kaum maka Dia akan mengujinya, barang siapa yang ridha maka ia akan mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang marah maka ia  akan mendapatkan murka dari Allah.” (HR: Tirmidzi).

(Adam Huda HQQ-Mahasiswa AL AZHAR )

 

 

Bagikan info ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *