MENULISLAH SEPERTI WARTAWAN, WAHAI GURU…!!

Kang Leken

SoluSI.info – Guru memang bukan wartawan, tetapi kebiasaan menulis sebagaimana yang dilakukan oleh para wartawan itu bisa dilakukan oleh guru. Perannya sebagai pendidik harus mampu memberikan contoh kepada peserta didik yang dalam kompetensi pendidik disebut kompetensi kepribadian. Bagaimana mungkin ajaran kita tentang pentingnya menulis dalam proses pengembangan pengetahuan akan di gugu dan ditiru oleh anak-anak yang kita didik kalau yang mengajarkan saja tidak melakukan apa yang diajarkannya.

Menulis itu mudah, statemen inilah yang pertama kali harus tertanam dalam diri seorang guru jika hendak menulis. Mudah itu bukan berarti menganggap remeh terhadap kegiatan menulis. Tetapi pemahaman mudah yang dimaksud di sini, bahwa menulis itu sebenarnya bukan pekerjaan yang sulit sejauh ada kemauan yang kuat untuk menulis. Tentu saja kemauan yang kuat harus diikuti oleh tindakan nyata bukan sekedar wacana. Siapkan alat segera, bisa berupa kertas, bolpoin, laptop, ataupun Handphone, tuangkan segala ide yang ada dalam pikiran dan biarkan jari jemari bergerak mengalirkan ide dan gagasan yang ada dalam otak tanpa memikirkan bagus atau tidak hasil tulisannya. Biarkan saja pembaca yang menilainya.

Dipaksa, terpaksa akhirnya menjadi biasa, filosofi untuk membangun kebiasaan menulis ini harus tertancap kuat dalam hati dan pikiran. Jangan biarkan otak membeku, cairkan segera dengan menulis. Sesungguhnya dengan menulis kita sedang melakukan pengembangan pengetahuan. Mengembangkan pengetahuan berarti kita sedang ikut serta berkontribusi mengembangkan pendidikan. Dan ingatlah bahwa guru merupakan garda terdepan dalam pengembangan pendidikan.

Sebagai pasukan garda terdepan, guru akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, seperti berinteraksi dengan peserta didik, mengajar, menyiapkan bahan ajar, memberikan bimbingan dan konseling tatkala peserta didik menghadapi berbagai permasalahan, mengelola kelas agar tercipta pembelajaran yang asik, menarik dan menyenangkan, sampai dengan melakukan evaluasi pasca pembelajaran usai. Semua kegiatan itu terkandung banyak bahan, ide dan gagasan yang dapat dirangkai menjadi sebuah tulisan.

Sekali lagi menulis itu mudah, kesulitan itu hanya milik guru yang enggan memulai. Maka mulailah, jangan ragu, dengan memulai menggoreskan huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat maka akan terbentuk paragraf demi paragraf maka pintu menulis itu telah terbuka. Dan ketika pintu sudah terbuka maka jangan berhenti didepan pintu itu, masuklah pada ruang kebebasan untuk menuangkan segala pemikiran yang ada dalam otak hingga selesai.

Kelemahan terbesar yang sering ditemukan pada diri seorang guru ketika bersentuhan dengan dunia menulis adalah kemalasan. Malas membaca sehingga miskin referensi untuk dijadikan bahan menulis. Di samping itu kebanyakan guru belum menyadari betapa pentingnya membaca dan menulis, belum menyadari pula bahwa di dalam aktivitas hariannya tersimpan segudang bahan tulisan.

Memiliki potensi tapi tidak pernah digali, memiliki referensi tapi tidak pernah disadari, dan memiliki bakat tapi tetap dibiarkan tersekat oleh kemalasan. Bangkitlah dan mulailah untuk menulis. Bukankah menulis itu merupakan salah satu cara belajar efektif. Dengan menulis sebenarnya sedang membangun pengetahuan dan pengalaman serta menyediakan bacaan untuk membuka jendela dunia. Sesederhana apapun bentuk tulisan yang kita buat, akan memberikan manfaat bagi kehidupan. Maka menulislah, karena menulis itu mudah.
“Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan berbicalah seperti orator”, pesan penting beliau Jang Oetama Haji Oemar Said Tjokroaminoto yang disampaikan kepada murid-muridnya dapat dijadikan penggugah semangat para guru untuk menulis. Pesan itu juga menjadi inspirasi Bung Karno pemimpin besar revolusi untuk menulis, hingga melahirkan karya-karya yang masih menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca hingga generasi sekarang ini.
Wahai para guru menulislah seperti wartawan, meskipun kalian bukan wartawan. Buang keraguan galilah potensi diri dengan memulai. Usir kemalasan dan jangan suka membangun alasan. Menjadi contoh itu jauh lebih penting daripada memberi contoh. Jangan membunuh potensi yang diberikan Tuhan dengan mengatakan saya tidak bisa. Di era teknologi informasi ini ruang untuk mengekspresikan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan telah terbuka, maka jangan disia-siakan. Semoga menginspirasi.

Penulis adalah: Kepala MTs. Cokroaminoto Tanjungtirta, Ketua Forum Komunikasi Guru Cokroaminoto (FKGC), Sekretaris Forum Komunikasi Madrasah Tsanawiyah Swasta (FKMTS) Kabupaten Banjarnegara dan Direktur Pusat Kajian Islam dan Kebangsaan (PeKIK).

Bagikan info ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *