SoluSI.Info-Banjarnegara: Transformasi Syarikat Islam dalam kehendak mewujudkan perjuangannya yang berkesesuaian pada konteks zaman ini merupakan elaborasi mimpi baru (new dreams) dalam kerangka penyusunan visi Syarikat Islam. Tahun 2045 adalah momentum usia seabadnya kemerdekaan Republik Indonesia, yang secara sadar konteks kemerdekaan di tahun 1945 tersebut adalah merupakan capaian yang menjadi bagian dari gerak langkah kejuangan Syarikat Islam semenjak berdirinya pada 16 Oktober 1905, bersama komponen dan eksponen kebangsaan lainnya melepas diri sebagai bangsa terjajah dan tertindas menjadi bangsa yang merdeka. Menjemput asa di seabad usia Indonesia, oleh kaum Syarikat Islam ditandai dengan terbangunnya kesadaran untuk bangkit dengan memulai membenahi diri pada tahun 2015 melalui keputusan Majelis Tahkim Syarikat Islam ke-40.
Realitas menunjukkan dan sejujurnya harus diakui, betapa dinamika perjalanan perjuangan Syarikat Islam mengalami fluktuasi yang hebat di mana pasang-surut yang menyertai perjalanannya pada akhirnya justru meminggirkan peran Syarikat Islam dalam etalase kebangsaan, sehingga generasi belakangan cukup gagap mengenal Syarikat Islam dan kiprah perjuangannya. Jika pun sebagian anak-anak belia yang rajin membaca buku dan sadar ihwal kesejarahan bangsanya, namun mereka tidak terlalu paham tentang apa dan bagaimana organisasi Syarikat Islam serta siapa pendirinya.
Itulah hal-ihwal yang menunjukan kondisi dimasyarakat bahwa sebagian memandang dan menilai Syarikat Islam hanya sebuah organisasi pergerakan yang pernah hebat pada zamannya. Di sisi lain, ada kehendak dari internal Syarikat Islam untuk mengusung kembali kebesaran peran Syarikat Islam dalam kehidupan berbangsa.
Lalu bagaimana caranya? Ini sungguh menjadi pertanyaan yang tentunya tak mudah ketika kita melihat kenyataan bahwa organisasi-organisasi pergerakan berlebel Islam yang hadir dan tumbuh pasca kelahiran SDI/SI justru telah kian eksis dan begitu banyak memberikan sumbangsih kehidupan berbangsa.
Apa yang menjadi asa dari kaum Syarikat Islam itu memang perlu mendapat jawaban, dan paling tidak pengharapan itu sudah menjadi modal awal untuk menggerakkan Syarikat Islam kembali kepada fitrahnya, sebagai pergerakan nasional Islami yang bercita-cita menyejahterakan rakyat dan bangsa Indonesia. Mengelaborasi gagasan-gagasan dari orang yang faham menjadi ‘pembuka jalan’ untuk Syarikat Islam mengembalikan fitrah kejuangannya. Maka yang patut dilakukan adalah memulai dengan menelusuri apa yang telah diperbuat demi menemukan kembali hal – hal yang menjadi faktor keunggulan dan keutamaan Syarikat Islam dalam melahirkan bangsa yang merdeka, dan bertumbuh kembang di dalamnya melalui dunia pendidikan yang dikelola oleh Syarikat Islam.
Melihat perkembangan dunia pendidikan saat ini, maka Syarikat Islam berupaya menjawab kebutuhan pendidikan dengan menerapkan hasil eksprerimen bahwa diusia 0-7 tahun anak tidak diajarkan membaca, menulis dan berhitung (calistung), namun pada kenyataanya sebelum mencapai usia 7 tahun anak tersebut sudah lulus calistung. Keberhasilan eksperimen tersebut didominasi 70% pendidikan didalam keluarga, 20% diruang sekolah, dan 10% dilingkungan masyarakat. Artinya kita memiliki tanggung jawab secara sosial bahwa generasi tahun-tahun kedepan tidak lagi dihadapkan pada zaman industri tetapi lebih jauh daripada itu tantanganya adalah mewujudkan generasi muslim yang memiliki kecakapan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
(Penulis Leken Setyadi, Tim Penyusun Kurikulum Pendidikan Syarikat Islam, Ketua FKGC Kab. Banjarnegara, Direktur Pusat Kajian Islam dan Kebangsaan (PeKIK), mengutip dari Naskah Akademik Kurikulum Pendidikan Syarikat Islam hal. 5-6)